Sabtu, 27 April 2013

GIZI BAYI USIA 0-1 TAHUN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, anak masuk dalam periode kritis. Gizi seimbang pada saat ini terbukti bisa mencegah bayi terkena penyakit degeneratif di kemudian hari ketika ia dewasa.
Di Indonesia, saat ini piramida gizi seimbang digambarkan oleh sebagian pakar gizi dalam bentuk tumpeng, bentuk makanan khas masyarakat kita, meski pemerintah tetap menggunakan gambar piramida gizi seimbang. Pada prinsipnya, penjabaran kedua visualisasi piramida dan tumpeng gizi seimbang ini sama, yakni pembagian gizi per hari adalah 2 liter air minum bening, 3-8 porsi karbohidrat, 3-5 porsi sayur dan buah, 2-3 porsi protein hewani dan nabati, serta minyak, gula dan garam dalam  jumlah seminimal mungkin. Namun, pada praktiknya, pemberian porsi menu gizi seimbang tersebut pada bayi agak berbeda. Karena, bayi masih mengonsumsi ASI yang memenuhi sebagian besar kebutuhan tubuhnya, selain fungsi organ pencernaan dan ginjalnya juga belum optimal.
Menurut hipotesis David Barker yang sekarang telah berubah menjadi Teori Barker, mengatakan bahwa periode window of opportunity atau kesempatan emas, atau masa kritis, yang berkisar sejak sebelum hamil hingga bayi usia 2 tahun sangatlah penting. Menurut Prof. Dr. Fasli Jalal, PhD dalam Media Engagement of Food Security and Nutrition in Indonesia, April 2013, bahwa gizi yang terpenuhi pada 1000 hari pertama kehidupan, akan mampu mengoptimalkan perkembangan otak, pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan serta memperlancar metabolisme glukosa, lemak dan protein. Kekurangan zat gizi di masa ini akan menimbulkan beban ganda masalah gizi, yaitu bayi kurang gizi, lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa berisiko mengalami kegemukan dan terkena penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah pada anak.
Bank Dunia dan lembaga internasional di bidang gizi dan kesehatan menyatakan bahwa program perbaikan gizi yang paling tepat dan singkat kesempatannya adalah pada kelompok penduduk remaja perempuan, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi hingga usia 2 tahun.
Begitu pentingnya pengetahuan tentang gizi bayi, maka dibuatlah makalah ini yang membatasi ruang lingkup pemabahasannya hanya pada gizi bayi usia 0-1 tahun.

1.2.Masalah
Tidak diketahuinya tentang gizi pada bayi usia 0-1 tahun

1.3.Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui gizi bayi usia 0-1 tahun
Tujuan Khusus :
a.       Mengetahui gizi bayi usia 0-6 bulan
b.      Mengetahui gizi bayi usia 6-12 bulan
c.       Mengetahui cara untuk mengetahui suplementasi nutrisi pada bayi
d.      Mengetahui cara menyusun menu 1 hari saat bayi menginjak usia 7 bulan











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gizi
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “Ghidza”, yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Kata Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ilmu Gizi (nutrition science) adalah ilmu mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal (ilmu mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan optimal.
Ruang lingkup ilmu gizi erat kaitannya dengan ilmu argonomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biologi, dan kedokteran. Selain itu, ilmu gizi juga erat kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial seperti : antropologi, sosiologi dan ekonomi. Sebagai gambaran kasarnya dari ruang lingkup gizi adalah sebagai berikut : orang bisa mengkonsumsi makanan bergizi apabila asupan makanannya mencukupi kebutuhan tubuh. Untuk dapat mencukupi asupan makanan yang cukup perlu adanya pengetahuan tentang gizi yang memadai agar dapat membeli dan memilih makanan yang tepat. Untuk dapat membeli bahan makanan yang bergizi perlu adanya daya beli masyarakat (penghasilan yang cukup) yang diimbangi dengan adanya produksi bahan makanan yang tersedia.
Komponen zat gizi yang dibutuhkan pada pada bayi dan bayi jumlahnya sangat berbeda untuk setiap usia. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a.    Zat gizi makro ; terdiri dari kalori dan air, untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak
b.    Zat gizi mikro ; terdiri dari vitamin dan mineral


 
2.2. Pengertian Kalori
Kebutuhan makan selalu dikaitkan dengan kalori. Kalori adalah satuan untuk energi. Yang disebut 1 kalori adalah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebanyak 1 derajat Celcius. Karbohidrat, lemak, protein mengandung kalori. 1 gram lemak mengandung kilokalori (Kal), 1 gram protein mengandung 5 Kal, dan 1 gram karbohidrat nebgandung 4 Kal.

2.3. Tekstur Makanan Sesuai Tahap Perkembangan Bayi
Tahap Perkembangan
Tekstur
Duduk dengan bantuan atau dukungan, duduk tanpa bantuan
·      Pure
·      Bubur lembut tanpa gumpalan
Mulai merangkak dan berjalan
Bertahap ubah tekstur makanan dengan urutan berikut :
·      Bubur lembut dengan gumpalan kecil
·      Makanan dengan tekstur lembut
·      Makanan kasar cincang
·      Makanan dengan tekstur sedang (tidak keras)
·      Finger food
·      Makanan potongan seukuran gigitan bayi (baby bites-size)
Diadaptasi dari Butte et al. “The Start Heakthy Feeding Guidelines for Infants and Toddlers”. Journal of the American Dietetic Association, 2004; 104(3): 442-454.

2.4. Vitamin dan Mineral yang Diperlukan Bayi
Untuk proses tumbuh kembang bayi, penting untuk memperhatikan kebutuhan asupan vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dalam makanan atau minumannya sehari-hari, yaitu :
a.       Vitamin A; penting untuk memelihara kesehatan kulit, rambut dan kuku, juga gusi, tulang dan gigi, membantu mencegah infeksi, menunjang fungsi penglihatan dan mencegah rabun senja. Sumbernya : susu dan produk sereal yang diperkaya, sayuran berwarna hijau dan kuning, buah jeruk, dan hati
b.      Vitamin D; diperlukan untuk memelihara kesehatan tulang serta penyerapan kalsium, mempengaruhi absorpsi kalsium dalam usus, dan mengatur ekskresi kalsium di urin. Sumber : kuning telur, minyak ikan, susu dan mentega yang diperkaya, dan cahaya matahari
c.       Kalsium (Ca); berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi, menunjang fungsi saraf dan otot, serta mekanisme pembekuan darah. Juga membantu mengaktifkan enzim yang berperan dalam mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi energi. Sumber : susu dan produknya, ikan kalengan (salmon dan sarden yang dapat dikonsumsi beserta tulangnya), tiram, brokoli dan tahu. Cara meningkatkan jumlah kalsium yang diperoleh dari makanan :
·      Rendam tulang dan cangkang (kulit) telur dalam cuka air perasan jeruk. Diamkan beberapa jam. Gunakan cairannya untuk memasak sop atau jenis masakan lain
·      Bila memasak sop tulang, tambahkan sedikit air jeruk, cuka atau tomat
·      Campurkan kulit telur yang sudah digiling sampai halus ke dalam masakan apa saja
·      Rendam jagung pipilan dalam abu karbon/kapur
d.      Vitamin E; membantu pembentukan sel darah merah, otot dan jaringan tubuh lain. Vitamin ini menstabilkan membran sel dan melindungi asam lemak dari kerusakan. Sumber : daging unggas, seafood, sayuran berwarna hijau, biji-bijian, gandum, kacang-kacangan, hati dan kuning telur
e.       Vitamin K; diperlukan untuk proses pembekuan darah normal dan membantu memelihara kesehatan tulang. Sumber : susu sapi, sayuran berwarna hijau, daging, hati, gandum (havermut)
f.       Vitamin B1; diperlukan untuk menunjang metabolisme karbohidrat, fungsi pencernaan dan saraf, serta berperan dalam pembentukan tenaga oleh tubuh. Sumber : daging, seafood, sereal yang diperkaya, padi-padian (whole grain)
g.      Vitamin B2; berperan dalam metabolisme protein, membantu memelihara kesehatan membran mukosa dan fungsi penglihatan. Berperan dalam proses pelepasan energi ke sel-sel tubuh. Sumber : hati, daging sapi/kambing/domba, daging unggas yang berwarna merah, produk susu, sereal yang diperkaya, padi-padian dan sayuran berwarna hijau tua
h.      Vitamin B3; diperlukan oleh enzim-enzim yang berfungsi mengubah makanan menjadi energi. Vitamin ini berperan dalam menunjang fungsi pencernaan dan fungsi saraf. Sumber : daging unggas, seafood, biji-bijian, kacang-kacangan, kentang, roti gandum berserat kasar dan sereal yang diperkaya
i.        Vitamin B6; diperlukan untuk proses metabolisme dan absorpsi protein, serta metabolisme karbohidrat. Juga membantu pembentukan sel darah merah dan menunjang fungsi saraf. Sumber : daging, ikan, unggas, padi-padian, sereal, bayam dan kentang
j.        Vitamin B12; membantu pembentukan materi genetik yang dibutuhkan oleh semua sel tubuh, juga membantu pembentukan sel darah merah. Sumber : daging, unggas, telur, seafood, susu dan produknya
k.      Vitamin C; membantu memperkuat dinding pembuluh darah dan memiliki efek antihistamin yang bermanfaat untuk membantu mengatasi gejala selesma. Sumber : jeruk, stroberi, semangka, kentang, kubis, kembang kol dan brokoli
l.        Zat besi (Fe); berperan penting dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan mioglobin. Sumber : daging merah, hati, kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, serta sereal yang diperkaya. Zat besi bisa lebih banyak lagi diperoleh bila melakukan hal-hal sebagai berikut :
·      Masaklah makanan dengan panci besi. Bila masakan itu dibumbui dengan tomat, sari jeruk nipis, dan sari jeruk biasa, maka besi dari panci itu akan makin banyak masuk ke makanan
·      Bila masak dengan menggunakan panci atau wajan dari bahan lain, masukkan sepotong besi yang bersih (awas, jangan berkarat) seperti sebatang paku atau sebuah tapal kuda. Namun, harus yakin terlebih dahulu bahwa benda itu 100% besi
·      Masukkan sepotong besi murni yang bersih ke dalam perasan air jeruk. Diamkan selama beberapa jam, lalu tambahkan gula dan air. Minumlah cairan itu.
m.    Zinc; diperlukan oleh enzim untuk proses pencernaan dan metabolisme. Juga diperlukan untuk maturasi seksual. Selain itu, zinc penting dalam menunjang sintesis DNA, transkripsi RNA, mitosis dan aktivasi sel, mineralisasi tulang dan gigi, sintesis nutrisi dan kolagen, serta mempertahankan sistem imun.  Sumber : daging sapi, hati, tiram, yoghurt, serta sereal yang diperkaya
n.      Yodium (I); merupakan mineral yang penting untuk menunjang fungsi kelenjar tiroid. Sumber : garam beryodium, seafood (udang, kepiting, hewan laut bercangkang), ikan, rumput laut, singkong, kubis
o.      Fluor; berperan untuk membangun tukang dan gigi yang kuat pada bayi. Mineral ini juga berperan dalam meningkatkan asupan kalsiun oleh tubuh. Sumber : air yang sudah difluoridasi dan teh
p.      Tembaga (copper); diperlukan untuk perkembangan normal pada bayi, maturasi sel darah merah dan sel darah putih, transpor zat besi, kekuatan tulang, metabolisme kolesterol, kontraktilitas otot jantung, metabolisme glukosa, perkembangan otot, fungsi imun, dan untuk melindungi tubuh terhadap stres oksidatif.

2.5. Reaksi Simpang Makanan (Food Adverse Reaction)
Ketika memperkenalkan makanan baru, penting bagi kita untuk mencaro tanda-tanda adanya reaksi simpang makanan pada bayi, yaitu reaksi yang tidak diharapkan akan muncul setelah mengonsimsi makanan tertentu. Ada dua kelompok penyebab reaksi simpang makanan ini, yakni reaksi alergi yang dipengaruhi sistem imun dan intoleransi yang tidak dipengaruhi sistem imun.
Pada beberapa kelompok makanan terutama kacang-kacangan dan seafood, alergi pada salah satu jenis menyebabkan alergi pada bahan makanan lain dari kelompok yang sama. Ini dinamakan reaksi silang. Reaksi silang tidak sering ditemukan pada kelompok makanan dari hewan darat. Bayi yang alergi susu sapi umumnya tetap dapat makan daging sapi, dan mereka yang alergi telur ayam biasanya tetap dapat makan daging ayam. Pada makanan laut, penyebab tersering adalah golongan crustacea (udang, kepiting dan lobster). Seafood moluska (kerang besar, tiram, mussel dan abalone) dapat menyebabkan alergi juga. Seringkali bayi yang alergi pada salah satu kelompok ini biasanya juga alergi pada jenis lain dalam kelompok yang sama.

2.6. Bahan Makanan yang Tidak Boleh Diberikan pada Bayi Usia Dibawah 1 Tahun
Setelah berbagai bahan makanan yang bermanfaat bagi bayi, ada beberapa jenis bahan makanan yang sebaiknya tidak diberikan dulu kepada bayi sebelum usianya mencapai satu tahun. Ini karena jenis-jenis makanan ini bisa memicu timbulnya alergi atau gangguan pencernaan. Makanan tersebut adalah :
a.       Madu; dapat membuat bayi terkena botulisme, yaitu sejenis gangguan keracunan makanan
b.      Garam dan acar; termasuk makanan yang diasinkan, seperti ikan asin atau daging olahan (sosis dan salami), karena dapat memperberat kerja ginjal bayi
c.       Gula dan pemanis buatan; termasuk makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi (permen, coklat, cake dan krekers dengan gula diatasnya), karena bisa menimbulkan kerusakan pada giginya dan membentuk kebiasaan untuk menyukai makanan-makanan manis. Selain itu, dapat memicu gangguan kesehatan bayi di kemudian hari, seperti penyakit kardiovaskular, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah seperti stroke, diabetes, juga gangguan ginjal.
d.      Minuman ringan bersoda, minuman olahraga (sport drinks)
e.       Teh, teh herbal atau kopi; mengandung Tanin yang bisa menghambat penyerapan zat besi yang sangat penting bagi bayi
f.       Jeli / gelatin atau kacang-kacangan; karena bisa menyebabkan bayi tersedak
g.      Telur; berikan kuning telur yang telah dihaluskan untuk menghindarkan bayi dari reaksi alergi. Bila bayi alergi, kenalkan putih telur setelah bayi berusia 1 tahun











BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan
Selama 6 bulan  pertama kehidupannya, bayi dianjurkan hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa tambahan minuman apapun termasuk madu dan sebagainya, atau dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Berikan ASI sekehendak bayi, tidak perlu khawatir bayi kekurangan ASI karena produksi ASI akan menyesuaikan kebutuhan bayi.
Menyusui adalah kegiatan yang paling tua sekaligus paling sehat di dunia. ASI penting diberikan karena :
a.       ASI merupakan satu-satunya makanan yang sempurna untuk bayi; membuat bayi sehat dan kuat
b.      Dengan memberi ASI segera sesudah melahirkan, pendarahan rahim akan berhenti
c.       ASI melindungi bayi dari penyakit dan infeksi, misalnya diabetes, kanker, diare, dan radang paru. Perubahan tubuh ibu dalam menangkal penyakit diberikannya pada bayi melalui ASI
d.      Dengan menyusui, si ibu terhindar dari penyakit seperti kanker dan osteoporosis
e.       ASI jelas lebihhebat dari susu kaleng atau botol, karena ASI mudah diberikan dimana saja, selalu bersih, selalu memiliki suhu yang tepat bagi mulut bayi
f.       Dengan menyusui, ibu dan bayi menjadi dekat satu sama lain, terjalin ikatan emosi (bonding)
g.      Bagi sebagian perempuan, bila bayi hanya diberi ASI tanpa makanan dan minuman lain, mereka bisa terlindung dari kehamilan yang terlalu cepat
h.      Salah satu keunggulan ASI terletak pada kenyataan bahwa ASI bisa diperoleh tanpa biaya sama sekali, alias gratis
Rata-rata bayi bisa meminum 80 sampai 120 ml sekali minum dengan frekuensi sesuai kebutuhan atau kebiasaan menyusui. Untuk mengira berapa banyak jumlah ASI Perah (ASIP) yang harus diberikan dalam satu sesi. Dihitung dengan rumus :
Frekuensi menyusui dalam 1 hari = BB Bayi x (120/150 ml)
Tips pemberian ASI :
a.    Segera sesudah bayi lahir, segeralah beri ASI. Pada kasus bayi yang lahir prematur. peraslah ASI dengan tangan atau gunakan pompa ASI manual atau elektrik, lalu tampung dan simpan dalam botol atau wadah steril untuk diberikan kepada bayi prematur hingga bayi sudah mampu untuk menghisap
b.    Berikan ASI setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
c.    Cara memegang bayi sewaktu menyusui : topang kepala bayi dengan lengan atau tangan ibu, kepala da tubuh bayi harus berada dalam satu garis lurus, tunggu dulu sampai mulutnya membuka lebar, dekatkan bayi ke dada, sentuhkan puting payudara ke bibir bagian bawahnya. Bila bayi mendapat sebagian besar puting payudara dalam mulutnya, berarti cara menyusunya sudah benar.
d.   Berikan ASI dari kedua belah payudara, tapi biarkan bayi selesai menyusu dari satu payudara dulu sebelum ditawarkan payudara kedua
e.    Pada saat menyusu, mungkin bayi menyedot udara juga lewat mulutnya. Ini bisa membuatnya merasa tidak nyaman. Karena itu, ibu bisa membuatnya bersendawa atau melepas angin lewat mulut. Caranya : gendonglah dalam posisi berdiri, merapat ke dada, menghadap ke belakang, dan usap-usap punggungnya. Atau bisa juga baringkan dia di pangkuan atau digendong-gendong satu lengan sambil diusap-usap punggungnya.
f.     Susui bayi dalam ruangan yang tenang, sejuk, dan tidak terlalu terang agar bayi tidak gelisah
g.    Bila memungkinkan, berikan ASI sambil melakukan perawatan ala kanguru (kangaroo care). Caranya : letakkan bayi di dada ibu (ibu sambil duduk atau berdiri) sehingga kulit bayi langsung bersentuhan dengan kulit ibunya dan merasakan kehangatannya. Manfaatnya : menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, juga meningkatkan kedekatan psikologis antara ibu dan bayi, merangsang bayi untuk menghisap payudara ibu, serta memperlancar aliran ASI ibu
Jika kelihatannya bayi tidak senang minum ASI, padahal usianya baru 4 sampai 6 bulan, barangkali kesan itu keliru, dan sebenarnya bayi hanya perlu menyusu lebih banyak (mungkin selama ini ia kurang kenyang). Bila bayi sudah menyusu sesering yang bayi mau selama sekitar 5 hari dan kelihatannya nasih juga tidak kenyang, barulah ibu boleh mencoba memberinya makanan tambahan.
Bagi ibu-ibu bekerja, agar bayi tetap hanya minum ASI saja, ibu harus membuat “bank ASI”, yaitu dengan cara menyimpan ASI perah (ASIP) kedalam botol, sebanyak kira-kira setengah cangkir untuk sekali bayi minum. Mulailah penyimpanan sejak kira-kira 2 minggu sebelum ibu kembali bekerja. ASI yang disimpan di tempat yang sejuk akan tahan selama 8 jam. Jika ASI dikubur di pasir basah atau dibungkus dengan kain yang dijaga agar tetap basah sepanjang waktu, maka ASI akan tahan sampai 12 jam. Kalau ASI disimpan dalam wadah gelas dan disimpan dalam lemari es, maka ASI akan tahan 2 sampai 3 hari. Namun, ASI yang disimpan dengan cara ini akan ‘pecah’ dalam arti lemak susunya mengambang. Karena itu, sebelum diberikan pada bayi, kocok-kocok dulu wadahnya. Kemudian masukkan wadah ASI ke baskom berisi air hangat. Sebelum diminumkan pada bayi, ujilah kadar panasnya dengan cara meneteskan sedikit ke lengan ibu. ASIP yang sudah mencair tidak boleh dibekukan kembali.
Bila ibu sedang menyususi, sedangkan saat itu ibu sudah hamil lagi, maka ibu tetap bisa menyusui anaknya terdahulu yang masih memerlukan ASI. Namun, tingkatkan jumlah makanan sehat ibu, karena tubuh ibu harus selalu kuat dan sehat demi bayi yang sedang dalam kandungan maupun ASI untuk kakaknya. Jika sudah melahirkan lagi saat masih menyusui anak yang lebih tua, menyusui keduanya merupakan tindakan yang aman. Namun bayi yang baru lahir harus didahulukan.
Bila ibu sakit, sebaiknya terus menyusui bayi ketimbang memberikannya makanan lain terlalu dini. Tapi bila ibu mengalami demam tinggi dan banyak mengeluarkan keringat, barangkali ASI akan menyurut. Untuk mencegahnya sebaiknya ibu : banyak minum, sering menyusui, menyusui dalam keadaan berbaring, keluarkan ASI dengan tangan (bil aperlu, minta bantuan orang lain), dan terus berupaya mencegah penularan infeksi pada bayi dengan cara cuci tangan sebersih mungkin dengan air dan sabun sebelum menyentuh bayi maupun payudara. Penyakit yang membahayakan ibu yang disebabkan oleh infeksi bisa menular pada bayi, misalnya TBC (Tuberkulosis), thypoid, atau kolera.
Pada kondisi dimana ibu sakit keras atau ada indikasi medis bahwa ibu tidak bisa memberikan ASI, maka bayi bisa diberikan PASI (Pengganti ASI / susu formula), yaitu susu formula yang dibuat dari susu sapi yang kandungan zat gizinya sudah diubah sehungga sesuai dengan kebutuhan bayi selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Sesuai standar makanan WHO/FAO, Codex Alimentarius, pastikan susu tersebut sudah difortifikasi atau ditambahkan zat besi. Berdasarkan European Journal of Public Health, bahwa bayi yang disusui sesering mungkin dan sesuai permintaannya dapat meningkatkan IQ rata-rata 5 poin lebih tinggi daripada bayi yang disusui sesuai jadwal.

3.2. Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan
Setelah bayi melewati usia 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Dikatakan pendamping, karena di usia 6-9 bulan, ASI sedapat mungkin masih diberikan sebab masih dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi hingga 80%. Sedangkan di usia 9-12 bulan, ASI dapat memenuhi 60-80% kebutuhan zat gizi bayi. Bahkan ASI dianjurkan tetap diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Karenanya, jangan tergesa-gesa menyapih bayi. Jika bayi terpaksa mengonsumsi PASI (Pengganti ASI/ susu formula), maka jumlah anjuran minum perharinya adalah :
a.       Usia 7-8 bulan       : 3-4 x 180-210 ml
b.      Usia 8-9 bulan       : 3-4 x 180-210 ml
c.       Usia 9-10 bulan     : 3-4 x 210-240 ml
d.      Usia 10-12 bulan   : 3-4 x 210-240 ml
e.       Usia 12 bulan        : 2-3 x 210-240 ml
Jangan memasak ASI atau susu formula sebagai bagian dari hidangan bayi, karena kandungan gizinya akan berkurang. Lebih bail angkat hidangan dari api, diamkan sekitar 10-15 menit, lalu masukkan ASI atau susu formula.
Saat pertama kali MP-ASI diberikan, jangan terburu-buru berkesimpulan bahwa bayi tidak suka makanan yang diberikan karena langsung dilepeh (dikeluarkan darii mulut). Ini bukan karena bayi tidak suka makanannya, namun bayi sedang belajar cara mengunyah dan menelan makanan padat. Perhatikan saja, bahwa bayi lebih sering menjulurkan lidahnya untuk mengolah makanan di mulut, jadi bukan memindahkan ke samping mulut, sehinggan makanan tersebut nyaris keluar dari mulutnya. Bahkan sampai usia batita (bawah 3 tahun), kebanyakan anak masih belum bisa mengunyah dengan mulut tertutup karena keterampilan ini perlu koordinasi yang baik dari organ mulut seperti gigi, rahang, dan terutama lidah.
Bukan hanya bayi, ibu pun pada tahap ini juga belajar bagaimana memberi makanan yang baik dan benar untuk bayinya, terutama bagi ibu yang baru memiliki anak pertama. Proses pemberian makan makanan padat pertama pada bayi merupakan hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena bayi masih jadi pemakan yang sangat pasif. Artinya, makanan yang bayi konsumsi masih sangat tergantung pada apa yang diberikan orangtuanya. Itu sebabnya jarang sekali ada bayi yang picky eater atau pilih-pilih makanan. Sementara susahnya memberi makan bayi adalah karena bayi sedang dalam tahap belajar makan dan ibu belum mengenal pola atau kebiasaan makan bayi. Itu sebabnya, kesabaran dan saling pengertian antara ibu dan bayi sangat penting dalam keberhasilan pemberian makanan padat pertama (weaning food) ini.
Kebutuhan makan bayi juga harus dikaitkan dengan kalori. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan (per orang/hari), kebutuhan energi bayi usia 6-8 bulan, misalnya 650 Kal. Namun, mengingat bayi masih lebih banyak mengonsumsi ASI yang komposisi zat gizinya cukup besar memenuhi kebutuhan tubuhnya, maka tidak perlu terlalu khawatir dengan diet makanan bayi. Menurut Dr. Frank Greer, MD, FAAP, anggota The American of Pediatrics (AAP) pada komite nutrisi, mengatakan bahwa kebutuhan makanan bayi itu unik, tidak ada panduan pasti seberapa banyak atau seberapa sering bayi perlu diberi makanan. Kebanyakan bayi pasca ASI eksklusif 6 bulan, makan setiap 3-4 jam sekali termasuk ASI, meskipun banyak juga bayi yang makan lebih sering dari itu. Jadi, susui atau beri bayi ASI sekehendak bayi. MP-ASI diberikan 2-3 kali sehari dengan jumlah bertahap sesuai kebutuhan bayi, keterampilan makan dan perkambangan organ pencernaannya. Terdapat 6 tanda bayi siap makan, yaitu:
a.    Berusia 6 bulan ke atas
b.    Bisa duduk dengan bantuan yang sangat sedikit
c.    Bisa menahan kepalanya
d.   Membuka mulutnya ketika ditawari makanan
e.    Dapat memutar kepalanya untuk menolak makanan
f.     Mampu mengambil makanan dari sendok atau menelannya
Mulailah pemberian MP-ASI pada hari terakhir bulan ke-6 usia bayi. Tetapi pada bayi yang lahir prematur, jangan memberikan MP-ASI pada usia 6 bulan kelahiran, melainkan pada usia 6 bulan yang seharusnya bayi lahir. Berikut panduan makanan padat bayi sesuai tahapan usia :
a.    Usia 6-7 bulan
Pada usia ini, lanjutkan ASI atau beri susu formula yang sudah diperkaya dengan zat besi. Pure atau makanan ekstra lembut adalah tekstur makanan yang baru bisa diterima bayi usia ini. Bisa dimulai dari buah pisang ambon atau pisang raja, alpukat, jeruk manis dan pepaya, atau sayuran seperti wortel dan bayam, atau bubur dan biskuit yang dicairkan dengan ASI.
Beberapa ahli gizi menyarankan pemberian MP-ASI dimulai dari sayuran bertekstur lembut, seperti wortel, agar anak kelak suka makan sayuran. Sebagai perkenalan, cukup berikan 2-3 sendok makan yang disuapkan dengan sendok kecil setiap kali makan. Kenalkan satu jenis makanan dulu selama 2-3 hari berturut-turut agar bayi mengenal betul rasa makanan tersebut. Setelah itu baru kenalkan rasa sayuran atau buah lain.
Mengingat organ-organ pencernaan bayi usia 7 bulan ini belum berkembang sempurna, maka sebaiknya dipilih jenis-jenis buah yang tidak mengandung banyak serat, misalnya pisang, pepaya atau apel. Selain sayuran, buah dan biskuit dalam bentuk pure, bayi juga bisa dikenalkan kepada bubur saring yang dibuat dari bahan makanan sumber karbohidrat seperti beras, kentang, atau roti, dilengkapi dengan protein hewani dan nabati, seperti daging, ikan, kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah) dan tempe dalam bentuk pure. Mulai berikan dengan takaran 1 sendok teh (5 ml) terlebih dahulu, kemudian tingkatkan jumlahnya sesuai selera bayi. Coba salah satu sajian yang baru pada satu waktu, lalu tunggu 3-4 hari sebelum mencoba jenis lain. Sedangkan untuk pemberian telur, pastikan bayi tidak mengalami alergi. Bila bayi alergi, berikan kuningnya dahulu karena tidak menimbulkan alergi. Beri putih telur setelah bayi berusia satu tahun.

b.    Usia 7-9 bulan
Porsi makanan bayi di usia ini bisa mulai ditambah menjadi 4-5 sendok makan untuk sekali makan, dan hingga usia 9 bulan bisa mencapai 8 sendok makan. Tekstur makanannya pun bertahap bisa semakin kasar. Di usia 8-9 bulan bisa diberikan makanan halus yang tak perlu disaring lagi. Sebagai sumber karbohidrat, selain beras, bisa dicoba memberikan oat meal, lalu jagung, gandum dan aneka serealia gandum. Tambahkan juga sumber lemak seperti santan. Selain menambah energi, lemak juga memberikan rasa gurih serta mempertinggi penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E dan K.



c.    Usia 9-12 bulan
Di usia ini, organ pencernaan bayi sudah mulai bisa menerima makanan dengan tekstur lebih kasar lagi, misalnya nasi tim dengan ikan gabus dan wortel serta buncis cincang. Porsinya pun bisa ditingkatkan bertahap menjadi satu mangkuk kecil.
Produk serealia yang bisa diberikan semakin beragam, seperti roti, pasta krekers tanpa gula, nasi, serealia gandum utuh tanpa pemanis buatan sebagai finger food, misalnya roti gandum utuh. Untuk produk olahan susu, pilih keju yang lunak dan sudah diproses seperti cheddar, yoghurt tawar (plain yoghurt). Namun, jangan jadikan keju sebagai pengganti susu karena keju merupakan makanan padat yang sedikit kandungan airnya. Makanan selingan seperti potongan buah segar (misal : setup apel, pisang), potongan sayuran rebus, biskuit, bubur kacang hijau juga bisa mulai diberikan. Memasuki usia 12 bulan, bayi sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga, asalkan tidak berbumbu tajam, terlalu pedas, dan asam.

3.3. Cara Mengetahui Kebutuhan Suplementasi Nutrisi pada Bayi
Jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seorang bayi agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik lebih besar dibandingkan pada orang dewasa normal. Oleh karena itu, sejak usia dini bayi sebaiknya dibiasakan untuk mengonsumsi makanan yang terdiri dari zat-zat seperti karbohidrat, serat makanan, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam komposisi seimbang guna memperoleh asupan kalori sesuai kebutuhan. Tanpa asupan zat-zat gizi tersebut, bayi akan mudah terserang penyakit atau mengalami defisiensi zat gizi, yang dapat mengganggu kesehatannya secara menyeluruh. Berikut adalah petunjuk mengenai cara mengetahui kebutuhan suplementasi nutrisi pada bayi :
a.       Bila bayi mengalami rabun senja, kekeringan pada mata, gangguan pertumbuhan, kulit kering dan kasar, rendahnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, maka bayi kemungkinan mengalami defisiensi vitamin A
b.      Bila bayi tampak lemah, dan terdapat deformitas tulang, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin D dan kalsium
c.       Bila terjadi kelainan darah pada bayi prematur, bayi sering menangis dan rewel (iritabel), mengalami retensi cairan tubuh dan gangguan neurologik pada bayi yang lebih besar, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin E
d.      Bila bayi sering mengalami pendarahan dan kulit tampak memar tanpa sebab trauma, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin K
e.       Bila bayi sering terlihat cemas, depresi, sering mengeluh mual, kram otot dan kehilangan nafsu makan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B1
f.       Bila kulit disekitar mulut dan hidung pecah-pecah dan luka, tidak tahan terhadap cahaya, dan mengalami gangguan makan dan menelan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B2
g.      Bila bayi sering mengalami diare dan sariawan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B3. Pada kasus defisiensi berat, maka bayi akan menunjukkan gejala-gejala ruam kulit, inflamasi membran mukosa, diare, dan gangguan mental
h.      Bila bayi tampak depresi dan mengalami gangguan mental, inflamasi membran mukosa rongga mulut, kulit kemerahan, gatal dan bersisik, serta kejang (pada bayi), maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B6
i.        Bila bayi tampak pucat, anemia dan terdapat kerusakan saraf, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B12
j.        Bila terdapat pendarahan gusu, gigi mudah tanggal, kulit tampak memar, kering dan kasar, luka lambat sembuh, kehilangan nafsu makan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin C. Pada kasus defisiensi berat, akan terjadi skorbut
k.      Bila bayi mengalami anemia dengan gejala lemas, lelah dan nafas memendek, maka bayi mungkin mengalami defisiensi zat besi (Fe)
l.        Bila terdapat dermatitis pada bagian tubuh yang tidak tertutup pakaian dan pada ekstremitas, mudah diare, alopesia, hambatan pertumbuhan dan gangguan perkembangan seksual, serta mudah terserang infeksi, maka bayi mungkin mengalami defisiensi zinc
m.    Bila bayi menderita goiter, hambatan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme), mungkin bayi mengalami defisiensi Yodium
n.      Bila gigi bayi banyak berlubang, mungkin bayi mengalami defisiensi fluor
o.      Bila bayi mengalami gejala depigmentasi kulit dan rambut, lesi kulit yang menyerupai dermatitis seboroik, anoreksia, diare, retardasi psikomotorik, episode apneu, dan mengalami kegagalan tumbuh kembang, maka bayi mungkin mengalami defisiensi tembaga (Copper)

 
3.4. Contoh Menu Sehari saat Bayi Menginjak Usia 7 Bulan
Hari 1 - 3
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI / PASI + 3 sdm pure wortel
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 4 - 6
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 3 sdm pure pisang ambon
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 7 - 9
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure beras merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 10 - 12
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure labu kuning
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 13 - 15
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure avokad
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 16 - 18
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure wortel
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure wortel havermut
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 19 - 21
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure pisang
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure pisang beras merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 22 - 24
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure labu kuning
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure labu kuning kentang
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 25 - 27
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure avokad
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure avokad ubi merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
Hari 28 - 30
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure brokoli
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure beras putih brokoli
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Usia 0-1 tahun adalah masa penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, dimana pada tahapan usia tersebut dibutuhkan asupan gizi yang tepat dan optimal. Tahapan gizinya dibagi menjadi 2 menurut golongan usia yaitu :
a.       Usia 0-6 bulan
Pada usia ini, bayi sebaiknya hanya diberi ASI (ASI eksklusif). Gizi yang terkandung dalam ASI telah terbukti mampu mencukupi kebutuhan nutrisinya.
b.      Usia 6-12 bulan
Pada usia ini, bayi mulai masuk dalam tahapan belajar makan makanan padat dengan tetap diberikan ASI. Bayi diperkenalkan pada makanan lunak dan halus terlebih dahulu dengan porsi kecil. Jenis makanan yang terlebih dahulu diberikan sebaiknya sayur dan tidak berasa, yang diberikan sama untuk beberapa hari agar bayi bisa mengenal bahan makanan yang diberikan dan bayi nantinya tidak menjadi picky eater. Kemudian, seiring dengan bertambahnya usia dan tahap perkembangannya, tekstur makanan terus dibuat menjadi semakin padat dan porsinya pun bisa menjadi lebih banyak.
Dalam memberikan makanan pada bayi, diperlukan pengetahuan ibu mengenai kebutuhan nutrisi tertentu pada bayinya, apakah bayi mengalami defisiensi zat gizi tertentu atau tidak, sesuai dengan gejala yang terdapat pada bayi. Selain itu, ibu juga harus mengetahui jenis bahan makanan apa saja yang tidak boleh diberikan pada bayi.
4.2. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, dirasakan penting untuk mengetahui mengenai gizi pada bayi usia 0-1 tahun. Sebaiknya semua mahasiswa PPSKM Bina Husada terutama perempuan, bisa menerapkan hal ini pada bayinya, agar terbentuk anak yang sehat dan cerdas, yang dikenal dengan istilah ‘anak unggul’.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Burns A.A. Lovich R, Maxwell J, Saphiro K, Bila Perempuan Tidak Ada Dokter (Where Women Have No Doctor) – Panduan Perawatan Kesehatan dan Pengobatan bagi Perempuan, INSIST Press, Yogyakarta, April 2005
2.      Diana D, Lies S, 365 Hari MP-ASI Plus – Makanan Pendamping ASI untuk Anak Usia 6-18 bulan,  Kompas, Jakarta, 2012
3.      MIMS Indonesia - Petunjuk Konsultasi, CMP Medica, Jakarta, 2007
4.      Adnani H, SKM,MPd, Buku Ajar – Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika, Yogyakarta, Oktober 2011
5.      Sholihat S, Priambodo A, Karir Lancar, Menyusui Jalan Terus, Majalah Ayah Bunda, No. 09, April 2013
6.      Sholihat S, Andinna C, Si Anak Unggul, Majalah Ayah Bunda, No.24, Nopember 2012
7.      Lestariningsih S , Menyusui bukan Rintangan, MajalahAyah Bunda, No.16, Agustus 2012 
8.      Luidfian; Suasana Senang, Makan pun Lahap : Majalah Ayahbunda