BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Sejak
dalam kandungan hingga usia 2 tahun, anak masuk dalam periode kritis. Gizi
seimbang pada saat ini terbukti bisa mencegah bayi terkena penyakit degeneratif
di kemudian hari ketika ia dewasa.
Di
Indonesia, saat ini piramida gizi seimbang digambarkan oleh sebagian pakar gizi
dalam bentuk tumpeng, bentuk makanan khas masyarakat kita, meski pemerintah
tetap menggunakan gambar piramida gizi seimbang. Pada prinsipnya, penjabaran
kedua visualisasi piramida dan tumpeng gizi seimbang ini sama, yakni pembagian
gizi per hari adalah 2 liter air minum bening, 3-8 porsi karbohidrat, 3-5 porsi
sayur dan buah, 2-3 porsi protein hewani dan nabati, serta minyak, gula dan
garam dalam jumlah seminimal mungkin.
Namun, pada praktiknya, pemberian porsi menu gizi seimbang tersebut pada bayi
agak berbeda. Karena, bayi masih mengonsumsi ASI yang memenuhi sebagian besar
kebutuhan tubuhnya, selain fungsi organ pencernaan dan ginjalnya juga belum
optimal.
Menurut
hipotesis David Barker yang sekarang telah berubah menjadi Teori Barker,
mengatakan bahwa periode window of
opportunity atau kesempatan emas, atau masa kritis, yang berkisar sejak
sebelum hamil hingga bayi usia 2 tahun sangatlah penting. Menurut Prof. Dr.
Fasli Jalal, PhD dalam Media Engagement
of Food Security and Nutrition in Indonesia, April 2013, bahwa gizi yang
terpenuhi pada 1000 hari pertama kehidupan, akan mampu mengoptimalkan
perkembangan otak, pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan serta
memperlancar metabolisme glukosa, lemak dan protein. Kekurangan zat gizi di
masa ini akan menimbulkan beban ganda masalah gizi, yaitu bayi kurang gizi,
lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa berisiko
mengalami kegemukan dan terkena penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah pada anak.
Bank
Dunia dan lembaga internasional di bidang gizi dan kesehatan menyatakan bahwa
program perbaikan gizi yang paling tepat dan singkat kesempatannya adalah pada
kelompok penduduk remaja perempuan, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi hingga
usia 2 tahun.
Begitu
pentingnya pengetahuan tentang gizi bayi, maka dibuatlah makalah ini yang
membatasi ruang lingkup pemabahasannya hanya pada gizi bayi usia 0-1 tahun.
1.2.Masalah
Tidak diketahuinya
tentang gizi pada bayi usia 0-1 tahun
1.3.Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui gizi bayi usia 0-1 tahun
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui
gizi bayi usia 0-6 bulan
b. Mengetahui
gizi bayi usia 6-12 bulan
c. Mengetahui
cara untuk mengetahui suplementasi nutrisi pada bayi
d. Mengetahui
cara menyusun menu 1 hari saat bayi menginjak usia 7 bulan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Pengertian Gizi
Kata
gizi berasal dari bahasa Arab “Ghidza”, yang artinya makanan dan manfaatnya
untuk kesehatan. Kata Gizi (nutrition)
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ilmu
Gizi (nutrition science) adalah ilmu
mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal (ilmu mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar
tubuh selalu dalam kesehatan optimal.
Ruang
lingkup ilmu gizi erat kaitannya dengan ilmu argonomi, peternakan, ilmu pangan,
mikrobiologi, biologi, dan kedokteran. Selain itu, ilmu gizi juga erat
kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial seperti : antropologi, sosiologi dan ekonomi.
Sebagai gambaran kasarnya dari ruang lingkup gizi adalah sebagai berikut :
orang bisa mengkonsumsi makanan bergizi apabila asupan makanannya mencukupi
kebutuhan tubuh. Untuk dapat mencukupi asupan makanan yang cukup perlu adanya
pengetahuan tentang gizi yang memadai agar dapat membeli dan memilih makanan
yang tepat. Untuk dapat membeli bahan makanan yang bergizi perlu adanya daya
beli masyarakat (penghasilan yang cukup) yang diimbangi dengan adanya produksi
bahan makanan yang tersedia.
Komponen
zat gizi yang dibutuhkan pada pada bayi dan bayi jumlahnya sangat berbeda untuk
setiap usia. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Zat
gizi makro ; terdiri dari kalori dan air, untuk kalori berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak
b. Zat
gizi mikro ; terdiri dari vitamin dan mineral
2.2. Pengertian Kalori
Kebutuhan
makan selalu dikaitkan dengan kalori. Kalori adalah satuan untuk energi. Yang
disebut 1 kalori adalah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebanyak 1 derajat Celcius. Karbohidrat, lemak, protein mengandung kalori. 1
gram lemak mengandung kilokalori (Kal), 1 gram protein mengandung 5 Kal, dan 1
gram karbohidrat nebgandung 4 Kal.
2.3. Tekstur Makanan Sesuai Tahap
Perkembangan Bayi
Tahap
Perkembangan
|
Tekstur
|
Duduk dengan bantuan atau dukungan,
duduk tanpa bantuan
|
· Pure
· Bubur
lembut tanpa gumpalan
|
Mulai merangkak dan berjalan
|
Bertahap ubah tekstur makanan dengan
urutan berikut :
· Bubur
lembut dengan gumpalan kecil
· Makanan
dengan tekstur lembut
· Makanan
kasar cincang
· Makanan
dengan tekstur sedang (tidak keras)
· Finger food
· Makanan
potongan seukuran gigitan bayi (baby
bites-size)
|
Diadaptasi dari Butte et al. “The
Start Heakthy Feeding Guidelines for Infants and Toddlers”. Journal of the
American Dietetic Association, 2004; 104(3): 442-454.
2.4. Vitamin dan Mineral yang
Diperlukan Bayi
Untuk
proses tumbuh kembang bayi, penting untuk memperhatikan kebutuhan asupan
vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dalam makanan atau minumannya
sehari-hari, yaitu :
a. Vitamin
A; penting untuk memelihara kesehatan kulit, rambut dan kuku, juga gusi, tulang
dan gigi, membantu mencegah infeksi, menunjang fungsi penglihatan dan mencegah
rabun senja. Sumbernya : susu dan produk sereal yang diperkaya, sayuran
berwarna hijau dan kuning, buah jeruk, dan hati
b. Vitamin
D; diperlukan untuk memelihara kesehatan tulang serta penyerapan kalsium,
mempengaruhi absorpsi kalsium dalam usus, dan mengatur ekskresi kalsium di
urin. Sumber : kuning telur, minyak ikan, susu dan mentega yang diperkaya, dan
cahaya matahari
c. Kalsium
(Ca); berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi, menunjang fungsi saraf dan
otot, serta mekanisme pembekuan darah. Juga membantu mengaktifkan enzim yang
berperan dalam mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi energi. Sumber : susu
dan produknya, ikan kalengan (salmon dan sarden yang dapat dikonsumsi beserta
tulangnya), tiram, brokoli dan tahu. Cara meningkatkan jumlah kalsium yang
diperoleh dari makanan :
· Rendam
tulang dan cangkang (kulit) telur dalam cuka air perasan jeruk. Diamkan
beberapa jam. Gunakan cairannya untuk memasak sop atau jenis masakan lain
· Bila
memasak sop tulang, tambahkan sedikit air jeruk, cuka atau tomat
· Campurkan
kulit telur yang sudah digiling sampai halus ke dalam masakan apa saja
· Rendam
jagung pipilan dalam abu karbon/kapur
d. Vitamin
E; membantu pembentukan sel darah merah, otot dan jaringan tubuh lain. Vitamin
ini menstabilkan membran sel dan melindungi asam lemak dari kerusakan. Sumber :
daging unggas, seafood, sayuran
berwarna hijau, biji-bijian, gandum, kacang-kacangan, hati dan kuning telur
e. Vitamin
K; diperlukan untuk proses pembekuan darah normal dan membantu memelihara
kesehatan tulang. Sumber : susu sapi, sayuran berwarna hijau, daging, hati,
gandum (havermut)
f. Vitamin
B1; diperlukan untuk menunjang metabolisme karbohidrat, fungsi pencernaan dan
saraf, serta berperan dalam pembentukan tenaga oleh tubuh. Sumber : daging, seafood, sereal yang diperkaya,
padi-padian (whole grain)
g. Vitamin
B2; berperan dalam metabolisme protein, membantu memelihara kesehatan membran
mukosa dan fungsi penglihatan. Berperan dalam proses pelepasan energi ke
sel-sel tubuh. Sumber : hati, daging sapi/kambing/domba, daging unggas yang
berwarna merah, produk susu, sereal yang diperkaya, padi-padian dan sayuran
berwarna hijau tua
h. Vitamin
B3; diperlukan oleh enzim-enzim yang berfungsi mengubah makanan menjadi energi.
Vitamin ini berperan dalam menunjang fungsi pencernaan dan fungsi saraf. Sumber
: daging unggas, seafood, biji-bijian, kacang-kacangan, kentang, roti gandum
berserat kasar dan sereal yang diperkaya
i.
Vitamin B6; diperlukan untuk proses
metabolisme dan absorpsi protein, serta metabolisme karbohidrat. Juga membantu
pembentukan sel darah merah dan menunjang fungsi saraf. Sumber : daging, ikan,
unggas, padi-padian, sereal, bayam dan kentang
j.
Vitamin B12; membantu pembentukan materi
genetik yang dibutuhkan oleh semua sel tubuh, juga membantu pembentukan sel
darah merah. Sumber : daging, unggas, telur, seafood, susu dan produknya
k. Vitamin
C; membantu memperkuat dinding pembuluh darah dan memiliki efek antihistamin
yang bermanfaat untuk membantu mengatasi gejala selesma. Sumber : jeruk,
stroberi, semangka, kentang, kubis, kembang kol dan brokoli
l.
Zat besi (Fe); berperan penting dalam
pembentukan hemoglobin (Hb) dan mioglobin. Sumber : daging merah, hati,
kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, serta sereal yang diperkaya. Zat besi
bisa lebih banyak lagi diperoleh bila melakukan hal-hal sebagai berikut :
· Masaklah
makanan dengan panci besi. Bila masakan itu dibumbui dengan tomat, sari jeruk
nipis, dan sari jeruk biasa, maka besi dari panci itu akan makin banyak masuk
ke makanan
· Bila
masak dengan menggunakan panci atau wajan dari bahan lain, masukkan sepotong
besi yang bersih (awas, jangan berkarat) seperti sebatang paku atau sebuah
tapal kuda. Namun, harus yakin terlebih dahulu bahwa benda itu 100% besi
· Masukkan
sepotong besi murni yang bersih ke dalam perasan air jeruk. Diamkan selama
beberapa jam, lalu tambahkan gula dan air. Minumlah cairan itu.
m. Zinc;
diperlukan oleh enzim untuk proses pencernaan dan metabolisme. Juga diperlukan
untuk maturasi seksual. Selain itu, zinc penting dalam menunjang sintesis DNA,
transkripsi RNA, mitosis dan aktivasi sel, mineralisasi tulang dan gigi,
sintesis nutrisi dan kolagen, serta mempertahankan sistem imun. Sumber : daging sapi, hati, tiram, yoghurt,
serta sereal yang diperkaya
n. Yodium
(I); merupakan mineral yang penting untuk menunjang fungsi kelenjar tiroid.
Sumber : garam beryodium, seafood
(udang, kepiting, hewan laut bercangkang), ikan, rumput laut, singkong, kubis
o. Fluor;
berperan untuk membangun tukang dan gigi yang kuat pada bayi. Mineral ini juga
berperan dalam meningkatkan asupan kalsiun oleh tubuh. Sumber : air yang sudah
difluoridasi dan teh
p. Tembaga
(copper); diperlukan untuk perkembangan normal pada bayi, maturasi sel darah
merah dan sel darah putih, transpor zat besi, kekuatan tulang, metabolisme
kolesterol, kontraktilitas otot jantung, metabolisme glukosa, perkembangan
otot, fungsi imun, dan untuk melindungi tubuh terhadap stres oksidatif.
2.5. Reaksi Simpang Makanan (Food Adverse Reaction)
Ketika
memperkenalkan makanan baru, penting bagi kita untuk mencaro tanda-tanda adanya
reaksi simpang makanan pada bayi, yaitu reaksi yang tidak diharapkan akan muncul
setelah mengonsimsi makanan tertentu. Ada dua kelompok penyebab reaksi simpang
makanan ini, yakni reaksi alergi yang dipengaruhi sistem imun dan intoleransi
yang tidak dipengaruhi sistem imun.
Pada
beberapa kelompok makanan terutama kacang-kacangan dan seafood, alergi pada salah satu jenis menyebabkan alergi pada bahan
makanan lain dari kelompok yang sama. Ini dinamakan reaksi silang. Reaksi
silang tidak sering ditemukan pada kelompok makanan dari hewan darat. Bayi yang
alergi susu sapi umumnya tetap dapat makan daging sapi, dan mereka yang alergi
telur ayam biasanya tetap dapat makan daging ayam. Pada makanan laut, penyebab
tersering adalah golongan crustacea
(udang, kepiting dan lobster). Seafood
moluska (kerang besar, tiram, mussel
dan abalone) dapat menyebabkan alergi
juga. Seringkali bayi yang alergi pada salah satu kelompok ini biasanya juga
alergi pada jenis lain dalam kelompok yang sama.
2.6. Bahan Makanan yang Tidak Boleh
Diberikan pada Bayi Usia Dibawah 1 Tahun
Setelah
berbagai bahan makanan yang bermanfaat bagi bayi, ada beberapa jenis bahan
makanan yang sebaiknya tidak diberikan dulu kepada bayi sebelum usianya
mencapai satu tahun. Ini karena jenis-jenis makanan ini bisa memicu timbulnya
alergi atau gangguan pencernaan. Makanan tersebut adalah :
a. Madu;
dapat membuat bayi terkena botulisme,
yaitu sejenis gangguan keracunan makanan
b. Garam
dan acar; termasuk makanan yang diasinkan, seperti ikan asin atau daging olahan
(sosis dan salami), karena dapat memperberat kerja ginjal bayi
c. Gula
dan pemanis buatan; termasuk makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi
(permen, coklat, cake dan krekers dengan gula diatasnya), karena bisa
menimbulkan kerusakan pada giginya dan membentuk kebiasaan untuk menyukai
makanan-makanan manis. Selain itu, dapat memicu gangguan kesehatan bayi di
kemudian hari, seperti penyakit kardiovaskular, yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah seperti stroke, diabetes, juga gangguan ginjal.
d. Minuman
ringan bersoda, minuman olahraga (sport
drinks)
e. Teh,
teh herbal atau kopi; mengandung Tanin yang bisa menghambat penyerapan zat besi
yang sangat penting bagi bayi
f. Jeli
/ gelatin atau kacang-kacangan; karena bisa menyebabkan bayi tersedak
g. Telur;
berikan kuning telur yang telah dihaluskan untuk menghindarkan bayi dari reaksi
alergi. Bila bayi alergi, kenalkan putih telur setelah bayi berusia 1 tahun
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan
Selama
6 bulan pertama kehidupannya, bayi dianjurkan
hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa tambahan minuman apapun
termasuk madu dan sebagainya, atau dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Berikan
ASI sekehendak bayi, tidak perlu khawatir bayi kekurangan ASI karena produksi
ASI akan menyesuaikan kebutuhan bayi.
Menyusui
adalah kegiatan yang paling tua sekaligus paling sehat di dunia. ASI penting
diberikan karena :
a. ASI
merupakan satu-satunya makanan yang sempurna untuk bayi; membuat bayi sehat dan
kuat
b. Dengan
memberi ASI segera sesudah melahirkan, pendarahan rahim akan berhenti
c. ASI
melindungi bayi dari penyakit dan infeksi, misalnya diabetes, kanker, diare,
dan radang paru. Perubahan tubuh ibu dalam menangkal penyakit diberikannya pada
bayi melalui ASI
d. Dengan
menyusui, si ibu terhindar dari penyakit seperti kanker dan osteoporosis
e. ASI
jelas lebihhebat dari susu kaleng atau botol, karena ASI mudah diberikan dimana
saja, selalu bersih, selalu memiliki suhu yang tepat bagi mulut bayi
f. Dengan
menyusui, ibu dan bayi menjadi dekat satu sama lain, terjalin ikatan emosi (bonding)
g. Bagi
sebagian perempuan, bila bayi hanya diberi ASI tanpa makanan dan minuman lain,
mereka bisa terlindung dari kehamilan yang terlalu cepat
h. Salah
satu keunggulan ASI terletak pada kenyataan bahwa ASI bisa diperoleh tanpa
biaya sama sekali, alias gratis
Rata-rata
bayi bisa meminum 80 sampai 120 ml sekali minum dengan frekuensi sesuai
kebutuhan atau kebiasaan menyusui. Untuk mengira berapa banyak jumlah ASI Perah
(ASIP) yang harus diberikan dalam satu sesi. Dihitung dengan rumus :
Frekuensi
menyusui dalam 1 hari = BB Bayi x (120/150 ml)
Tips
pemberian ASI :
a. Segera
sesudah bayi lahir, segeralah beri ASI. Pada kasus bayi yang lahir prematur.
peraslah ASI dengan tangan atau gunakan pompa ASI manual atau elektrik, lalu
tampung dan simpan dalam botol atau wadah steril untuk diberikan kepada bayi
prematur hingga bayi sudah mampu untuk menghisap
b. Berikan
ASI setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
c. Cara
memegang bayi sewaktu menyusui : topang kepala bayi dengan lengan atau tangan
ibu, kepala da tubuh bayi harus berada dalam satu garis lurus, tunggu dulu
sampai mulutnya membuka lebar, dekatkan bayi ke dada, sentuhkan puting payudara
ke bibir bagian bawahnya. Bila bayi mendapat sebagian besar puting payudara
dalam mulutnya, berarti cara menyusunya sudah benar.
d. Berikan
ASI dari kedua belah payudara, tapi biarkan bayi selesai menyusu dari satu
payudara dulu sebelum ditawarkan payudara kedua
e. Pada
saat menyusu, mungkin bayi menyedot udara juga lewat mulutnya. Ini bisa
membuatnya merasa tidak nyaman. Karena itu, ibu bisa membuatnya bersendawa atau
melepas angin lewat mulut. Caranya : gendonglah dalam posisi berdiri, merapat
ke dada, menghadap ke belakang, dan usap-usap punggungnya. Atau bisa juga
baringkan dia di pangkuan atau digendong-gendong satu lengan sambil diusap-usap
punggungnya.
f. Susui
bayi dalam ruangan yang tenang, sejuk, dan tidak terlalu terang agar bayi tidak
gelisah
g. Bila
memungkinkan, berikan ASI sambil melakukan perawatan ala kanguru (kangaroo
care). Caranya : letakkan bayi di dada ibu (ibu sambil duduk atau berdiri)
sehingga kulit bayi langsung bersentuhan dengan kulit ibunya dan merasakan
kehangatannya. Manfaatnya : menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, juga
meningkatkan kedekatan psikologis antara ibu dan bayi, merangsang bayi untuk
menghisap payudara ibu, serta memperlancar aliran ASI ibu
Jika
kelihatannya bayi tidak senang minum ASI, padahal usianya baru 4 sampai 6
bulan, barangkali kesan itu keliru, dan sebenarnya bayi hanya perlu menyusu
lebih banyak (mungkin selama ini ia kurang kenyang). Bila bayi sudah menyusu
sesering yang bayi mau selama sekitar 5 hari dan kelihatannya nasih juga tidak
kenyang, barulah ibu boleh mencoba memberinya makanan tambahan.
Bagi
ibu-ibu bekerja, agar bayi tetap hanya minum ASI saja, ibu harus membuat “bank
ASI”, yaitu dengan cara menyimpan ASI perah (ASIP) kedalam botol, sebanyak
kira-kira setengah cangkir untuk sekali bayi minum. Mulailah penyimpanan sejak
kira-kira 2 minggu sebelum ibu kembali bekerja. ASI yang disimpan di tempat
yang sejuk akan tahan selama 8 jam. Jika ASI dikubur di pasir basah atau
dibungkus dengan kain yang dijaga agar tetap basah sepanjang waktu, maka ASI
akan tahan sampai 12 jam. Kalau ASI disimpan dalam wadah gelas dan disimpan
dalam lemari es, maka ASI akan tahan 2 sampai 3 hari. Namun, ASI yang disimpan
dengan cara ini akan ‘pecah’ dalam arti lemak susunya mengambang. Karena itu,
sebelum diberikan pada bayi, kocok-kocok dulu wadahnya. Kemudian masukkan wadah
ASI ke baskom berisi air hangat. Sebelum diminumkan pada bayi, ujilah kadar
panasnya dengan cara meneteskan sedikit ke lengan ibu. ASIP yang sudah mencair
tidak boleh dibekukan kembali.
Bila
ibu sedang menyususi, sedangkan saat itu ibu sudah hamil lagi, maka ibu tetap
bisa menyusui anaknya terdahulu yang masih memerlukan ASI. Namun, tingkatkan
jumlah makanan sehat ibu, karena tubuh ibu harus selalu kuat dan sehat demi
bayi yang sedang dalam kandungan maupun ASI untuk kakaknya. Jika sudah
melahirkan lagi saat masih menyusui anak yang lebih tua, menyusui keduanya
merupakan tindakan yang aman. Namun bayi yang baru lahir harus didahulukan.
Bila
ibu sakit, sebaiknya terus menyusui bayi ketimbang memberikannya makanan lain
terlalu dini. Tapi bila ibu mengalami demam tinggi dan banyak mengeluarkan
keringat, barangkali ASI akan menyurut. Untuk mencegahnya sebaiknya ibu :
banyak minum, sering menyusui, menyusui dalam keadaan berbaring, keluarkan ASI
dengan tangan (bil aperlu, minta bantuan orang lain), dan terus berupaya
mencegah penularan infeksi pada bayi dengan cara cuci tangan sebersih mungkin
dengan air dan sabun sebelum menyentuh bayi maupun payudara. Penyakit yang
membahayakan ibu yang disebabkan oleh infeksi bisa menular pada bayi, misalnya
TBC (Tuberkulosis), thypoid, atau kolera.
Pada
kondisi dimana ibu sakit keras atau ada indikasi medis bahwa ibu tidak bisa
memberikan ASI, maka bayi bisa diberikan PASI (Pengganti ASI / susu formula),
yaitu susu formula yang dibuat dari susu sapi yang kandungan zat gizinya sudah
diubah sehungga sesuai dengan kebutuhan bayi selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Sesuai standar makanan WHO/FAO, Codex Alimentarius, pastikan
susu tersebut sudah difortifikasi atau ditambahkan zat besi. Berdasarkan
European Journal of Public Health, bahwa bayi yang disusui sesering mungkin dan
sesuai permintaannya dapat meningkatkan IQ rata-rata 5 poin lebih tinggi
daripada bayi yang disusui sesuai jadwal.
3.2. Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan
Setelah
bayi melewati usia 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Dikatakan pendamping, karena di usia 6-9 bulan, ASI sedapat mungkin masih
diberikan sebab masih dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi hingga 80%. Sedangkan
di usia 9-12 bulan, ASI dapat memenuhi 60-80% kebutuhan zat gizi bayi. Bahkan
ASI dianjurkan tetap diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Karenanya, jangan
tergesa-gesa menyapih bayi. Jika bayi terpaksa mengonsumsi PASI (Pengganti ASI/
susu formula), maka jumlah anjuran minum perharinya adalah :
a. Usia
7-8 bulan : 3-4 x 180-210 ml
b. Usia
8-9 bulan : 3-4 x 180-210 ml
c. Usia
9-10 bulan : 3-4 x 210-240 ml
d. Usia
10-12 bulan : 3-4 x 210-240 ml
e. Usia
12 bulan : 2-3 x 210-240 ml
Jangan
memasak ASI atau susu formula sebagai bagian dari hidangan bayi, karena
kandungan gizinya akan berkurang. Lebih bail angkat hidangan dari api, diamkan
sekitar 10-15 menit, lalu masukkan ASI atau susu formula.
Saat
pertama kali MP-ASI diberikan, jangan terburu-buru berkesimpulan bahwa bayi
tidak suka makanan yang diberikan karena langsung dilepeh (dikeluarkan darii
mulut). Ini bukan karena bayi tidak suka makanannya, namun bayi sedang belajar
cara mengunyah dan menelan makanan padat. Perhatikan saja, bahwa bayi lebih
sering menjulurkan lidahnya untuk mengolah makanan di mulut, jadi bukan
memindahkan ke samping mulut, sehinggan makanan tersebut nyaris keluar dari
mulutnya. Bahkan sampai usia batita (bawah 3 tahun), kebanyakan anak masih
belum bisa mengunyah dengan mulut tertutup karena keterampilan ini perlu
koordinasi yang baik dari organ mulut seperti gigi, rahang, dan terutama lidah.
Bukan
hanya bayi, ibu pun pada tahap ini juga belajar bagaimana memberi makanan yang
baik dan benar untuk bayinya, terutama bagi ibu yang baru memiliki anak
pertama. Proses pemberian makan makanan padat pertama pada bayi merupakan hal
yang gampang-gampang susah. Gampang karena bayi masih jadi pemakan yang sangat
pasif. Artinya, makanan yang bayi konsumsi masih sangat tergantung pada apa
yang diberikan orangtuanya. Itu sebabnya jarang sekali ada bayi yang picky eater atau pilih-pilih makanan.
Sementara susahnya memberi makan bayi adalah karena bayi sedang dalam tahap
belajar makan dan ibu belum mengenal pola atau kebiasaan makan bayi. Itu
sebabnya, kesabaran dan saling pengertian antara ibu dan bayi sangat penting
dalam keberhasilan pemberian makanan padat pertama (weaning food) ini.
Kebutuhan
makan bayi juga harus dikaitkan dengan kalori. Menurut Angka Kecukupan Gizi
(AKG) rata-rata yang dianjurkan (per orang/hari), kebutuhan energi bayi usia
6-8 bulan, misalnya 650 Kal. Namun, mengingat bayi masih lebih banyak
mengonsumsi ASI yang komposisi zat gizinya cukup besar memenuhi kebutuhan tubuhnya,
maka tidak perlu terlalu khawatir dengan diet makanan bayi. Menurut Dr. Frank
Greer, MD, FAAP, anggota The American of Pediatrics (AAP) pada komite nutrisi,
mengatakan bahwa kebutuhan makanan bayi itu unik, tidak ada panduan pasti
seberapa banyak atau seberapa sering bayi perlu diberi makanan. Kebanyakan bayi
pasca ASI eksklusif 6 bulan, makan setiap 3-4 jam sekali termasuk ASI, meskipun
banyak juga bayi yang makan lebih sering dari itu. Jadi, susui atau beri bayi
ASI sekehendak bayi. MP-ASI diberikan 2-3 kali sehari dengan jumlah bertahap
sesuai kebutuhan bayi, keterampilan makan dan perkambangan organ pencernaannya.
Terdapat 6 tanda bayi siap makan, yaitu:
a. Berusia
6 bulan ke atas
b. Bisa
duduk dengan bantuan yang sangat sedikit
c. Bisa
menahan kepalanya
d. Membuka
mulutnya ketika ditawari makanan
e. Dapat
memutar kepalanya untuk menolak makanan
f. Mampu
mengambil makanan dari sendok atau menelannya
Mulailah
pemberian MP-ASI pada hari terakhir bulan ke-6 usia bayi. Tetapi pada bayi yang
lahir prematur, jangan memberikan MP-ASI pada usia 6 bulan kelahiran, melainkan
pada usia 6 bulan yang seharusnya bayi lahir. Berikut panduan makanan padat
bayi sesuai tahapan usia :
a. Usia
6-7 bulan
Pada
usia ini, lanjutkan ASI atau beri susu formula yang sudah diperkaya dengan zat
besi. Pure atau makanan ekstra lembut adalah tekstur makanan yang baru bisa
diterima bayi usia ini. Bisa dimulai dari buah pisang ambon atau pisang raja,
alpukat, jeruk manis dan pepaya, atau sayuran seperti wortel dan bayam, atau
bubur dan biskuit yang dicairkan dengan ASI.
Beberapa
ahli gizi menyarankan pemberian MP-ASI dimulai dari sayuran bertekstur lembut,
seperti wortel, agar anak kelak suka makan sayuran. Sebagai perkenalan, cukup
berikan 2-3 sendok makan yang disuapkan dengan sendok kecil setiap kali makan.
Kenalkan satu jenis makanan dulu selama 2-3 hari berturut-turut agar bayi
mengenal betul rasa makanan tersebut. Setelah itu baru kenalkan rasa sayuran atau
buah lain.
Mengingat
organ-organ pencernaan bayi usia 7 bulan ini belum berkembang sempurna, maka
sebaiknya dipilih jenis-jenis buah yang tidak mengandung banyak serat, misalnya
pisang, pepaya atau apel. Selain sayuran, buah dan biskuit dalam bentuk pure,
bayi juga bisa dikenalkan kepada bubur saring yang dibuat dari bahan makanan
sumber karbohidrat seperti beras, kentang, atau roti, dilengkapi dengan protein
hewani dan nabati, seperti daging, ikan, kacang-kacangan (kacang hijau, kacang
merah) dan tempe dalam bentuk pure. Mulai berikan dengan takaran 1 sendok teh
(5 ml) terlebih dahulu, kemudian tingkatkan jumlahnya sesuai selera bayi. Coba
salah satu sajian yang baru pada satu waktu, lalu tunggu 3-4 hari sebelum
mencoba jenis lain. Sedangkan untuk pemberian telur, pastikan bayi tidak
mengalami alergi. Bila bayi alergi, berikan kuningnya dahulu karena tidak
menimbulkan alergi. Beri putih telur setelah bayi berusia satu tahun.
b. Usia
7-9 bulan
Porsi
makanan bayi di usia ini bisa mulai ditambah menjadi 4-5 sendok makan untuk
sekali makan, dan hingga usia 9 bulan bisa mencapai 8 sendok makan. Tekstur
makanannya pun bertahap bisa semakin kasar. Di usia 8-9 bulan bisa diberikan
makanan halus yang tak perlu disaring lagi. Sebagai sumber karbohidrat, selain
beras, bisa dicoba memberikan oat meal, lalu jagung, gandum dan aneka serealia
gandum. Tambahkan juga sumber lemak seperti santan. Selain menambah energi,
lemak juga memberikan rasa gurih serta mempertinggi penyerapan vitamin yang
larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E dan K.
c. Usia
9-12 bulan
Di
usia ini, organ pencernaan bayi sudah mulai bisa menerima makanan dengan
tekstur lebih kasar lagi, misalnya nasi tim dengan ikan gabus dan wortel serta
buncis cincang. Porsinya pun bisa ditingkatkan bertahap menjadi satu mangkuk
kecil.
Produk serealia yang
bisa diberikan semakin beragam, seperti roti, pasta krekers tanpa gula, nasi,
serealia gandum utuh tanpa pemanis buatan sebagai finger food, misalnya roti gandum utuh. Untuk produk olahan susu,
pilih keju yang lunak dan sudah diproses seperti cheddar, yoghurt tawar (plain
yoghurt). Namun, jangan jadikan keju sebagai pengganti susu karena keju
merupakan makanan padat yang sedikit kandungan airnya. Makanan selingan seperti
potongan buah segar (misal : setup apel, pisang), potongan sayuran rebus, biskuit,
bubur kacang hijau juga bisa mulai diberikan. Memasuki usia 12 bulan, bayi
sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga, asalkan tidak berbumbu tajam, terlalu
pedas, dan asam.
3.3. Cara Mengetahui Kebutuhan
Suplementasi Nutrisi pada Bayi
Jumlah
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seorang bayi agar tetap sehat dan berfungsi
dengan baik lebih besar dibandingkan pada orang dewasa normal. Oleh karena itu,
sejak usia dini bayi sebaiknya dibiasakan untuk mengonsumsi makanan yang
terdiri dari zat-zat seperti karbohidrat, serat makanan, protein, lemak,
vitamin, dan mineral dalam komposisi seimbang guna memperoleh asupan kalori
sesuai kebutuhan. Tanpa asupan zat-zat gizi tersebut, bayi akan mudah terserang
penyakit atau mengalami defisiensi zat gizi, yang dapat mengganggu kesehatannya
secara menyeluruh. Berikut adalah petunjuk mengenai cara mengetahui kebutuhan
suplementasi nutrisi pada bayi :
a. Bila
bayi mengalami rabun senja, kekeringan pada mata, gangguan pertumbuhan, kulit
kering dan kasar, rendahnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, maka bayi
kemungkinan mengalami defisiensi vitamin A
b. Bila
bayi tampak lemah, dan terdapat deformitas tulang, maka bayi mungkin mengalami
defisiensi vitamin D dan kalsium
c. Bila
terjadi kelainan darah pada bayi prematur, bayi sering menangis dan rewel
(iritabel), mengalami retensi cairan tubuh dan gangguan neurologik pada bayi
yang lebih besar, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin E
d. Bila
bayi sering mengalami pendarahan dan kulit tampak memar tanpa sebab trauma,
maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin K
e. Bila
bayi sering terlihat cemas, depresi, sering mengeluh mual, kram otot dan
kehilangan nafsu makan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B1
f. Bila
kulit disekitar mulut dan hidung pecah-pecah dan luka, tidak tahan terhadap
cahaya, dan mengalami gangguan makan dan menelan, maka bayi mungkin mengalami
defisiensi vitamin B2
g. Bila
bayi sering mengalami diare dan sariawan, maka bayi mungkin mengalami
defisiensi vitamin B3. Pada kasus defisiensi berat, maka bayi akan menunjukkan
gejala-gejala ruam kulit, inflamasi membran mukosa, diare, dan gangguan mental
h. Bila
bayi tampak depresi dan mengalami gangguan mental, inflamasi membran mukosa
rongga mulut, kulit kemerahan, gatal dan bersisik, serta kejang (pada bayi),
maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B6
i.
Bila bayi tampak pucat, anemia dan
terdapat kerusakan saraf, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin B12
j.
Bila terdapat pendarahan gusu, gigi
mudah tanggal, kulit tampak memar, kering dan kasar, luka lambat sembuh,
kehilangan nafsu makan, maka bayi mungkin mengalami defisiensi vitamin C. Pada
kasus defisiensi berat, akan terjadi skorbut
k. Bila
bayi mengalami anemia dengan gejala lemas, lelah dan nafas memendek, maka bayi
mungkin mengalami defisiensi zat besi (Fe)
l.
Bila terdapat dermatitis pada bagian
tubuh yang tidak tertutup pakaian dan pada ekstremitas, mudah diare, alopesia, hambatan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan seksual, serta mudah terserang infeksi, maka
bayi mungkin mengalami defisiensi zinc
m. Bila
bayi menderita goiter, hambatan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme),
mungkin bayi mengalami defisiensi Yodium
n. Bila
gigi bayi banyak berlubang, mungkin bayi mengalami defisiensi fluor
o. Bila
bayi mengalami gejala depigmentasi kulit dan rambut, lesi kulit yang menyerupai
dermatitis seboroik, anoreksia, diare, retardasi psikomotorik, episode apneu,
dan mengalami kegagalan tumbuh kembang, maka bayi mungkin mengalami defisiensi
tembaga (Copper)
3.4. Contoh Menu Sehari saat Bayi
Menginjak Usia 7 Bulan
Hari 1 - 3
|
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI / PASI + 3 sdm pure
wortel
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 4 - 6
|
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 3 sdm pure pisang
ambon
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 7 - 9
|
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure beras
merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 10 - 12
|
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure labu
kuning
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 13 - 15
|
Sarapan : ASI / PASI
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : ASI + 5 sdm pure avokad
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 16 - 18
|
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure wortel
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure wortel
havermut
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 19 - 21
|
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure pisang
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure pisang beras
merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 22 - 24
|
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure labu kuning
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure labu kuning
kentang
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 25 - 27
|
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure avokad
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure avokad ubi
merah
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
Hari 28 - 30
|
Bangun tidur : ASI / PASI
Sarapan : 6 sdm pure brokoli
Selingan pagi : ASI / PASI
Makan siang : 6 sdm pure beras putih
brokoli
Selingan sore : ASI / PASI
Makan malam : ASI / PASI
Sebelum tidur : ASI / PASI
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Usia
0-1 tahun adalah masa penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia,
dimana pada tahapan usia tersebut dibutuhkan asupan gizi yang tepat dan
optimal. Tahapan gizinya dibagi menjadi 2 menurut golongan usia yaitu :
a. Usia
0-6 bulan
Pada
usia ini, bayi sebaiknya hanya diberi ASI (ASI eksklusif). Gizi yang terkandung
dalam ASI telah terbukti mampu mencukupi kebutuhan nutrisinya.
b. Usia
6-12 bulan
Pada
usia ini, bayi mulai masuk dalam tahapan belajar makan makanan padat dengan
tetap diberikan ASI. Bayi diperkenalkan pada makanan lunak dan halus terlebih
dahulu dengan porsi kecil. Jenis makanan yang terlebih dahulu diberikan
sebaiknya sayur dan tidak berasa, yang diberikan sama untuk beberapa hari agar
bayi bisa mengenal bahan makanan yang diberikan dan bayi nantinya tidak menjadi
picky eater. Kemudian, seiring dengan
bertambahnya usia dan tahap perkembangannya, tekstur makanan terus dibuat
menjadi semakin padat dan porsinya pun bisa menjadi lebih banyak.
Dalam
memberikan makanan pada bayi, diperlukan pengetahuan ibu mengenai kebutuhan
nutrisi tertentu pada bayinya, apakah bayi mengalami defisiensi zat gizi
tertentu atau tidak, sesuai dengan gejala yang terdapat pada bayi. Selain itu,
ibu juga harus mengetahui jenis bahan makanan apa saja yang tidak boleh diberikan
pada bayi.
4.2. Saran
Dengan
ditulisnya makalah ini, dirasakan penting untuk mengetahui mengenai gizi pada
bayi usia 0-1 tahun. Sebaiknya semua mahasiswa PPSKM Bina Husada terutama
perempuan, bisa menerapkan hal ini pada bayinya, agar terbentuk anak yang sehat
dan cerdas, yang dikenal dengan istilah ‘anak unggul’.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burns
A.A. Lovich R, Maxwell J, Saphiro K, Bila
Perempuan Tidak Ada Dokter (Where Women Have No Doctor) – Panduan Perawatan
Kesehatan dan Pengobatan bagi Perempuan, INSIST Press, Yogyakarta, April
2005
2. Diana
D, Lies S, 365 Hari MP-ASI Plus – Makanan
Pendamping ASI untuk Anak Usia 6-18 bulan,
Kompas, Jakarta, 2012
3. MIMS Indonesia - Petunjuk
Konsultasi, CMP Medica, Jakarta, 2007
4. Adnani
H, SKM,MPd, Buku Ajar – Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Nuha Medika, Yogyakarta, Oktober 2011
5. Sholihat
S, Priambodo A, Karir Lancar, Menyusui
Jalan Terus, Majalah Ayah Bunda, No. 09, April 2013
6. Sholihat
S, Andinna C, Si Anak Unggul, Majalah
Ayah Bunda, No.24, Nopember 2012
7. Lestariningsih
S , Menyusui bukan Rintangan, MajalahAyah
Bunda, No.16, Agustus 2012
8. Luidfian;
Suasana Senang, Makan pun Lahap :
Majalah Ayahbunda